Mematung raga ini, di batas kesenyapan senja.
Seusai gerimis membasuh kotaku.
Jingga pelangi menggurat buana, melukis dalam kemilau indah.
Namun tiada menggoyah relung hati yang di terpa kebimbangan.
Memberat membeban segumpal risau hati di balik kerinduan.
Berjulang angkuh gelegak rasa, kian memeluk hati dalam kehampaan.
Menatap simpang jalan yang kian membayang dalam kelam.
Meracik keraguan yang kian menggemuruh.
Dan aku tak mampu memilih arah persimpangan jalan.
Hanya diam tanpa bergeming, bahkan mendongakkan wajah pun aku tak mampu.
Bayang dirimu yang semakin mengikat jiwa dalam pusara asmara.
Mengalir seribu racau dalam fikir, menyentuh kesenduan di relung atma.
Cinta ini takkan ku buang di atas hamparan waktu
.
Tiada mungkin ku berpaling ke satu arah, mencipta luka di hati yang lain.
Biarkan aku tetap berdiri di persimpangan ini.
Menanti masa kan datang restu langit mengubah kisah.
Kan kutegarkan sepotong hati ini, bila kau hendak tinggal kan aku dalam kesendirian.
Samar kurasakan desiran angin pulang menyejuk buana, menepuk temaram jingga senja.
Menggulirkan pekat kelam dalam tatap buana.
Dan nadiku tak lagi merasakan kehangatan bias mentari yang tersisa.
Menempak kelu dalam gigil dingin kesendirian nurani.
Jiwa pun perlahan layu dan mati....
21 Maret 2012