Sekuat apapun kau bungkam bibir rindu, suara gumamnya akan tetap merdu membalut angkuhmu. Mungkin jika rindu menggema, kau akan mendengarnya berkali-kali meski hanya kau ucapkan sekali.
Acuh yang kau suguhkan, tak bisa merubah kesetiaan. Karna pahit kopi ini pun masih saja kunikmati tiada henti. Memang cinta pernah ada, juga pernah tercekik hingga tak bernyawa. Tapi nadi rindu tak kan bisa kutahan amarahnya.Darah seakan mendidih meraja semua sendi, detak jantung berlari, denyut nadi tak terkendali. Di ujung mata, senyummu mesra, dengannya....
Tuhan tak pernah mengijinkanku membinasahkan kenangan tentangmu. Walau sering kuhujam pedang panjang tempaan sang empu. Bahkan lidah rindu pernah ku iris belati yang masih membara. Tetap tak berdaya, sampai kini, rindu tentangmu masih nyata adanya.
Cinta memang tak pernah mengenal waktu, dia datang sejenak, lalu hilang begitu saja. Tapi bukankah ampas kopi masih ada.... ?! Kau tak perlu tau bagaimana kejamnya dunia menghempaskan langkahku yang mengejar bahagiamu. Siapkan saja dirimu untuk bahagia dengannya.....